Berlomba – lomba dengan tingginya mahar (mas kawin) telah menjadi hal
biasa dan banyak peminat. Banyak orang tua menjual putrinya kepada
seseorang atas nama pernikahan. Pesta pernikahan telah menjadi sarana
pemborosan damn kemubadziran luar biasa. Mereka bangga menjual anaknya
seharga 25 jutaan hanya untuk menegakkan kepala mereka ditengah-tengah
masyarakat.
Berikut kisah yang membuat kening berkerut seakan tak percaya bahwa
hal ini benar-benar terjadi. Disuatu pesta pernikahan, diletakkan koin
emas dalam gelas-gelas yang berisi minuman, kemudian diumumkan kepada
khalayak undangan wanita. Para undangan pun minum dan minum, mereka
minum bukan karena haus, tetapi untuk memperoleh koin emas yang telah
diumumkan oleh yang punya hajat.
Bayangkan pemandangan itu ukhti muslimah, bagaimana mereka minum
dengan semangat dan cepat seakan berlomba menghabiskan minuman dalam
gelas tersebut, inilah pemandangan yang sangat menggelikan seolah mereka
melihat tontonan komedi yang lucu belum lagi sisa makanan yang
melimpah, saking banyaknya sisa makanan terebut diangkut dengan perahu
kemudian dibuang ke laut.
Hal ini terjadi dan akan terus menerus terjadi, jika kita tidak menolongnya dan melarang sipemboros terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ukhti yang mulia, saya melihatmu telah menanti dan ingin segera
mengetahui siapa pemilik mahar termahal di dunia ini. Kamu punya hak
untuk itu. Inilah keteladanan dengan penuh berkah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Alkisah, suami Ar-Rumaidha Binti Milhan yang berjuluk Ummu Sulaim
wafat, setelah menyelesaikan masa iddahnya…datanglah Yazid bin Sahal
yang berjuluk Abu Thalhah untuk melamar, tetapi Ummu Sulaiman menolak,
mengapa? Padahal dia adalah penunggang kuda Bani Najjar yang hebat,
salah seorang pemanah ulung kota Yatsrib. Apakah kejantanannya masih
kurang? Ataukah dia buruk rupa? Atau apa?
Ukhti yang mulia, penyebabnya adalah dia kafir. Sementara dia mengira
bahwa Ummu sulaim mengingingkan emas dan perak. Dia bertanya, “apakah
engkau menginginkan emas dan perak?” Dia menjawab dengan jawaban seorang
wanita yang bangga atas agamanya.
Dia berkata, “tidak. Akan tetapi, wahai Abu Thalhah, tolong saksikan dan Allah Subhanahu wa Ta’ala beserta Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa Salam juga
menjadi saksi, bahwa jika engkau masuki islam, niscaya aku akan
menerimamamu sebagai suami tanpa emas dan perak. Cukuplah islammu itu
sebagai mahar untukku.”
Setelah dialog singkat, dia berkata, “siapa yang menunjukkanku kepada
islam?” Ummu Sulaim menjawab, “sayalah orangnya.” Dia bertanya,
“Caranya”. Dia berkata, “Uacapkanlah Kalimatul Haq. Engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan bahwa Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam dalah Rasulullah. Lalu pulanglah, hancurkan berhalamu dan buanglah!”
Kebahagiaan terpancar dari wajah Abu Thalhah.
Abu Thalhah telah masuk Islam. Dia membuang kegelapan dan kemusyirikan. Dia masuk dalam cahaya iman.
Islam adalah mahar termahal yang diraih seorang wanita. Dialah Ummu
Sulaim. Adakah mahar yang lebih mahal dari itu? Akan tetapi, apakah
cerita berhenti pada Islamnya Abu Thalhah? Tidak, saudaraku yang mulia.
Kamu tidak mengenal siapa Abu Thalhah ini. Apa gebrakan dan manuvernya?
Dia ikut ambil bagian dalam menjunjung derajat Robbani ini.
Abu Thalhah termasuk orang-orang yang teguh bersama Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam pada saat yang tersulit. Hal ini terjadi di putaran akhir perang Uhud ketika orang orang berlari mundur dari sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Yang tertinggal disisinya hanyalah sebagian sahabat.
Dalam situasi seperti inilah keteguhan orang orang besar terukur. Salah satunya adalah Abu Thalhah. Dia melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Wajahnya menghadap Rasullulah Shallallahu Alaihi Wasallam sementara punggungnya sebagai perisai hidup melawan kaum musyrikin.
Orang- orang musyrik menghujani Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan panah mereka. Abu Thalhah menyambutnya dengan punggungnya. Demi menjaga keselamatan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sehingga sebagian ulama sejarah mengatakan, “ Punggung Abu Thalhah seperti Trenggiling, karena banyaknya anak panah yang menancap di punggung itu.”
Jangan heran, Ukhti Muslimah, badan mereka lebih kuat dari badan
kita, ditambah kekuatan iman dan aqidah mereka yang kokoh. Sikap ini
cukuplah bagi Ummu Sulaim, karena dengan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala dialah yang mencetak seorang laki-laki sejati di tempat itu. Juga kebanggaan lain, Ucapan kaum muslimin tentangnya, “kami tidak mendengar sekalipun mahar yang lebih mulia dari mahar Ummu Sulaim.”
Kehormatan lain adalah seluruh kabaikan lain yang dilakukan Abu
Thalhah. Ummu Sulaim memperoleh bagian pahalanya, tidak berkurang
sedikitpun. Demi Rabb Ka’bah, pandangan yang jauh melampaui emas dan
perak. Dia bertolak dengan pikirannya mencari alam akhirat. Semoga
berkah Allah Subhanahu wa Ta’ala dilimpahkan kepada Ummu
Sulaim, pemilik mahar termahal di dunia. Sekarang siapakah saudariku
yang menyamai atau paling tidak mendekati Ummu Sulaim?. Tandingannya
adalah menyiapkan putranya menjadi da’i kepada Dienul Islam.
(Disarikan dari buku 4 Wanita Terbaik Dunia Akhirat).***