FADHILAH MEMPELAJARI HADITS

2:06 AM

FADHILAH MEMPELAJARI HADITS RASULULLAH

Hadits adalah salah satu sumber hukum syariat Islam dan merupakan salah satu wahyu dari Allah
I :
) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْـهَوَى  إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْىٌ يُّوْحَى   ( ( النجم : 3-4 )
Artinya : “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”  (An Najm : 3-4)
Sabda Rasulullah r : ((  ألا إنى  أوتيت  القرآن و مثلـه معه    ))
“Ketahuilah sesungguhnya telah diturunkan kepadaku Al Qur’an dan yang semisal dengannya (As Sunnah)” (HSR. AbuDawud, Tirmidzy, Ahmad dan Hakim)
            Karena dia merupakan salah satu sumber hukum maka wajib atas kita untuk mempelajarinya dan berpegang teguh padanya.
            Beberapa fadhilah/ keutamaan mempelajari hadits :
1.   Wajah para penuntut ilmu hadits cerah/ berseri-seri.
Sabda Rasulullah r :
(( نضر الله امرءاً سمع مقالتى فوعاها وحفظها و بلغها فـإنه رب حـامل فقه غير فقيه  ،  ورب
حامل فقه إلى من هو أفقه منه ))  رواه الترمذى و ابن حبان
“Mudah-mudahan Allah menjadikan berseri-seri wajah orang yang mendengarkan perkataanku lalu memahaminya dan menghafalkannya kemudian dia menyampaikannya, karena sesungguhnya boleh jadi orang yang memikul (mendengarkan) fiqh namun dia tidak faqih (tidak memahaminya) dan boleh jadi orang yang memikul (mendengarkan) fiqh  menyampaikan kepada yang lebih paham darinya” (HSR. At Tirmidzy dan Ibnu Hibban dari shahabat Abdullah bin Mas’ud t ).
Berkata Sufyan bin ‘Uyainah رحمه الله : “Tidak seorang pun yang menuntut / mempelajari hadits kecuali wajahnya cerah / berseri-seri disebabkan doa dari Nabi r (di hadits tersebut)”
2.   Para penuntut ilmu hadits adalah orang yang paling bershalawat kepada Nabi
Sabda Rasulullah r :
(( من صلى علىّ صلاة  واحدة صلى الله عليه بـها عشراً  ))
“Barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali”.
         Berkata Khatib Al Baghdadi رحمه الله : Berkata Abu Nu’aim رحمه الله kepada kami : “Keutamaan yang mulia ini terkhusus bagi para perawi dan penukil hadits, karena tidak diketahui satu kelompok di kalangan ulama yang lebih banyak bershalawat kepada Rasulullah r dari mereka, baik itu (shalawat) berupa tulisan ataupun ucapan”.

         Kata Sufyan Ats Tsaury رحمه الله : “Seandainya tidak ada faidah bagi shohibul hadits kecuali bershalawat kepada Rasulullah r (maka itu sudah cukup baginya) karena sesungguhnya dia selalu bershalawat kepada Nabi r selama ada di dalam kitab”.

         Berkata Al ‘Allamah Shiddiq Hasan Khan رحمه الله – setelah beliau menyebutkan hadits yang menunjukkan keutamaan bershalawat kepada Nabi r : “Dan tidak diragukan lagi bahwa orang yang paling banyak bershalawat adalah ahlul hadits dan para perawi As Sunnah yang suci, karena sesungguhnya termasuk tugas mereka dalam ilmu yang mulia ini (Al Hadits) adalah bershalawat di setiap hadits, dan senantiasa lidah mereka basah dengan menyebut (nama) Rasulullah r …. maka kelompok yang selamat ini dan Jama’ah Hadits ini adalah manusia yang paling pantas bersama Rasulullah r di hari kiamat, dan merekalah yang paling berbahagia mendapatkan syafa’at Rasulullah r …. maka hendaknya anda wahai pencari kebaikan dan penuntut keselamatan menjadi seorang Muhaddits (Ahli Hadits) atau yang berusaha untuk itu”.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi penuntut ilmu hadits tentang shalawat :
  1. Tidak boleh seorang penuntut ilmu hadits bosan dan jemu dengan    seringnya bershalawat kepada Nabi r, karena itulah letak keutamaan   penuntut ilmu hadits.

  2. Bershalawat hendaknya dipadukan antara tulisan dan ucapan.

  3. Tidak boleh menyingkat ketika menuliskan shalawat kepada Nabi r.
Imam As Syuyuti رحمه الله dalam Tadribur Rasul mengkhabarkan bahwa orang yang pertama kali mengajarkan  (mencontohkan) penyingkatan shalawat dijatuhi hukuman potong tangan.

  4.  Mempelajari hadits memberikan manfaat dunia dan akhirat. 
Kata Sufyan Ats Tsaury رحمه الله : “Saya tidak mengetahui amalan yang afdhal di muka bumi ini dari mempelajari hadits bagi yang menginginkan dengannya wajah Allah I “.
 
 5. Mempelajari dan meriwayatkan lebih afdhal dari berbagai macam ibadah-ibadah sunnat.
       Berkata Waki bin Al Jarrah رحمه الله : “Seandainya (meriwayatkan) hadits tidak lebih afdhal dari bertasbih tentu saya tidak meriwayatkannya”.

         Berkata Sulaiman At Taymy رحمه الله : “Kami pernah duduk di sisi Abu Mijlas رحمه الله dan beliau membacakan hadits kepada kami, lalu berkata salah seorang (dari kami) : Seandainya engkau membacakan surat dari Al Qur’an”. Maka berkata Abu Mijlas : “Apa yang kita lakukan sekarang ini bagiku tidaklah kurang fadhilahnya dari membaca ayat Al Qur’an”.

        Berkata Abu Ats Tsalj رحمه الله : Saya bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal رحمه الله  : “Wahai Abu Abdillah, yang mana lebih kau sukai : seorang menulis hadits atau  dia berpuasa sunnat dan shalat sunnat ?”. Beliau menjawab : “Menulis hadits”.

       Berkata Al Khatib Al Baghdady رحمه الله  : “Mempelajari hadits pada zaman ini lebih afdhal dari seluruh ibadah-ibadah yang sunnat, disebabkan telah hilang sunnah dan orang tidak bergairah lagi dari mengerjakannya serta munculnya bid’ah-bid’ah lalu mereka (para ahli bid’ah) yang berkuasa mendominasi sekarang ini”.