Misteri "Kuda Berbadan Manusia" di Dekat Neptunus

9:53 PM

"Data kami menunjukkan bahwa sebagian besar obyek itu punya pautan dengan komet, menunjukkan mereka datang jauh dari Tata Surya."

Sekian lama, centaur, benda langit yang mengorbit Matahari di antara orbit Jupiter dan Neptunus, menjadi teka-teki. Apa sebenarnya obyek tersebut?
Astronom sebelumnya punya dua dugaan tentang centaur. Pertama, centaur adalah asteroid yang terlempar ke Tata Surya bagian luar. Kedua, centaur adalah komet yang mendekati Matahari.

Dua dugaan membuat centaur mendapatkan nama centaur, seperti kuda berbadan manusia dalam mitologi Yunani, dua identitas dalam satu tubuh.

Hasil observasi dengan Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) milik NASA kini memberi petunjuk tentang obyek misterius itu.

"Data kami menunjukkan bahwa sebagian besar obyek itu punya pautan dengan komet, menunjukkan mereka datang jauh dari Tata Surya," kata James Bauer dari Jet Propulsion Laboratory, NASA.

Centaur dikatakan punya pautan dengan komet dalam arti punya material sama dengan komet, adalah komet pada masa lalu, atau akan menjadi komet pada masa depan.

Data berasal dari hasil observasi pada 52 centaur dan obyek lain yang disebut scattered disk object, obyek yang mengorbit di zona yang tak stabil, mudah dipengaruhi gravitasi planet.

Pengamatan berbasis cahaya tampak mengungkap bahwa centaur memiliki warna biru-abu-abu atau kemerahan.

Astronom menemukan bahwa warna biru-abu-abu centaur cenderung gelap, menunjukkan bahwa obyek itu komet. Jika obyek itu asteroid, maka warnanya akan kemerahan.

"Komet punya lapisan bagai jelaga yang gelap pada permukaan esnya, membuatnya lebih gelap dari asteroid," ujar Tommy Grav dari Planetary Science Institute di Tucson, Arizona.

"Komet biasanya tampak lebih seperti arah sementara asteroid bersinar seperti Bulan," tambah Grav dalam keterangannya di situs web NASA.

Temuan ini belum sepenuhnya memecahkan teka-teki centaur. Baru tiga perempat jumlah centaur yang dinyatakan komet. Sisanya, belum tahu. Penelitian selanjutnya mungkin bisa memecahkannya.
(Yunanto Wiji Utomo, Sumber: Kompas.com)