Tafsir Surah al-Ikhlas

11:20 PM

سُوۡرَةُ الإخلاص
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
 قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ (١) ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ (٢) لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ (٣) وَلَمۡ يَكُن لَّهُ ۥ ڪُفُوًا أَحَدٌ (٤



Artinya:
1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Ilah  yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”Penjelasan:
Surah al-Ikhlas adalah Surat Makkiyah (4 ayat)
Ahmad dan al-Bukhari serta perawi lainnya meriwayatkan dari Abu Sa’id dia menuturkan bahwa Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada para sahabat beliau:
“Apakah salah seorang diantara kalian tidak mampu membaca sepertiga al-Qur’an dalam satu malam?” Mereka pun merasa keberatan dengan hal itu, lalu berkata:”Siapakah diantara kami yang mampu melakukaknnya?” Beliau bersabda: “Qulhuwallaahu ahad adalah sepertiga al-Qur’an”.
1.    Orang-orang musyrik berkata: “Hai, Muhammad, terangkan nasab Rabbmu kepada kami.” Oleh sebab itu, turunlah surat ini. Artinya, (katakanlah bahwa) jika kalian meminta penjelasan tentang mengenai nasab-Nya, sesungguhnya Dia adalah Esa, yakni tunggal, tiada sekutu bagi-Nya.
2.    [Allahussamad] “Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan.” ash-Shamad berarti yang menjadi gantungan dalam segala kebutuhan, yakni menjadi tumpuan, karena Dia mampu untuk memenuhinya. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia menuturkan, ash-Shamad berarti Maha Menguasai, yang benar-benar sempurna dalam kekuasaan-Nya; Mahamulia, yang benar-benar sempurna dalam kemulian-Nya; Maha Agung yang sempurna dalam keagungan-Nya; Maha penyantun, yang sempurna dalam santunan-Nya; Mahakaya, yang sempurna dalam kekayaan-Nya; Mahaperkasa, yang sempurna dalam keperkasaan-Nya; Maha mengetahui, yang sempurna dalam pengetahuan-Nya; Mahabijaksana, yang sempurna dalam kenijaksanaan-Nya. Dialah Allah yang Mahasuci. ini merupakan sifat yang tidak mungkin dimiliki kecuali oleh Allah semata: “dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” Az-Zajjaj berkata: “ash-Shamad berarti Maha Menguasai yang berada di puncak Kekuasaan-Nya sehingga tidak ada penguasa lagi diatas-Nya. (QS. Al-Ikhlash:2)
3.    Maksudnya, tidaklah lahir dari-Nya anak, tidak juga Dia lahir dari sesuatu karena tidak ada yang semisal dengan-Nya, dan tidak mungkin Dia itu dikatakan tidak ada, baik pada masa dulu maupun masa yang akan datang. (Karena yang dilahirkan, berarti dahulunya tidak ada sebelum dilahirkan). Makanya Allah Subahanahu wa Ta’ala tidak memiliki ayah sehingga Dia dinasabkan kepadanya dan tidak juga Dia memiliki anak sehingga anak-anaknya itu bernasab kepada-Nya. Qatadah berkata: “orang-orang musyrik arab berkata: “Para Malaikat adalah anak perempuan Allah.” Sementara itu orang-orang Yahudi berkata: “Uzair anak Allah.” Orang-orang Nasrani berkata: “al-Masih anak Allah.” Allah pun mendustakan perkataan mereka dengan firman-Nya: “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan.” (QS. Al-Ikhlash:3).
4.    Tidak ada sesuatu pun yang sebanding dengan-Nya, tidak juga yang semisal dengan-Nya, ataupun sebagai sekutu-Nya dalam sesuatu.
Disalin dari Zubdatut Tafsiir min Fathil Qadir (juz ‘Amma)  Syaikh Dr Muhammad Sulaiman ‘Abdullah al-Asyqar.