Saat ini barang-barang elektronik sudah menjadi bagian dari hidup
kita semua. Kebanyakan dari barang-barang tersebut hanya memerlukan
baterai sebagai pasokan listriknya. Hmm, kok bisa ya benda sekecil itu
mengalirkan listrik? Apa sih sebenarnya yang terdapat di dalam sebuah
baterai?
Coba perhatikan sebuah baterai baik-baik. Kamu akan melihat sebuah
tanda positif (+) di satu sisi dan tanda negatif (-) di sisi lainnya.
Ya, dalam sebuah baterai terdapat kutub positif yang biasa disebut
katoda, dan juga kutub negatif yang biasa disebut anoda. Kedua kutub
yang biasa disebut elektroda ini dipisahkan oleh sebuah zat yang dapat
mengalirkan listrik dari anoda ke katoda. Zat ini disebut juga
elektrolit. Wah banyak juga ya istilahnya.
Lalu bagaimana komponen-komponen tersebut bisa menghasilkan aliran
listrik? Begini, anoda dan katoda terbuat dari bahan yang dapat bereaksi
dengan bahan elektrolitnya. Saat anoda dan elektrolit bereaksi,
terbentuklah satu senyawa baru yang menyisakan satu elektron.
Sebaliknya, reaksi antara katoda dan elektrolit membutuhkan satu
elektron. Jadilah sisa elektron dari reaksi anoda dan elektrolit tadi
dikirimkan ke katoda agar katoda dapat bereaksi dengan elektrolit.
Perpindahan elektron inilah yang dapat menimbulkan aliran listrik dari
sebuah baterai.
Reaksi tersebut akan terus berlangsung sampai salah satu dari anoda
atau katoda kehabisan bahan untuk bereaksi. Pada saat itulah baterai
akan habis kapasitasnya dan tidak dapat digunakan lagi. Hmm, lalu
bagaimana dengan baterai yang dapat diisi ulang? Baterai jenis tertentu
yang dapat diisi ulang ternyata memiliki kemampuan untuk melakukan
reaksi sebaliknya. Singkatnya, saat mendapat aliran listrik dari luar,
anoda dan katoda akan melakukan persenyawaan yang berkebalikan dari
persenyawaan di atas sehingga akan kembali ke bentuk semula. Oleh karena
itu, baterai memiliki kemampuan penuh kembali untuk menghasilkan aliran
listrik.